Kamis, 11 Agustus 2011

PAK SBY DATANG KE PEDURENAN


Sejak hari senin yang lalu Presiden RI SBY mengunjungi Amerika dalam rangka mengikuti pertemuan tingkat tinggi PBB tentang perubahan iklim. Pertemuan ini berkaitan dengan akan diselenggarakannya konvensi <b>PEDURENAN</b> tentang perubahan iklim yang akan diselenggarakan pada bulan Desember nanti.
Gunung GEDE, Pangrango dan Ceremai
Banten memang bukanlah Amerika atau Bali, tetapi dari bagian Barat Provinsi Banten hidup komunitas masyarakat pegunungan yang biasa di sebut pegunungan Akarsari (Gunung GEDE, Pangrango dan Ceremai) yang secara administrasi terletak di Kabupaten Bogor Dan Cirebon. Komunitas ini kerap kali dipersalahkan sebagai penyebab rusaknya kawasan lindung di 
.  Salah satunya adalah penyebab Banjir yang disebabkan maraknya perambahan hutan, illegal logging dan illegal mining.  Stikma ini berlangsung sejak bergulirnya reformasi tahun 1997-an, dimana ratusan hektar pohon ditebang. Vegetasi hutan sebagai daerah lindung di ubah menjadi areal tanaman padi dan palawija, kondisi ini terjadi khususnya di daerah-daerah perbatasan antara tanah milik dan lahan kawasan lindung yang di kuasai perum perhutani.
Pada saat itu belum pernah ada yang berpikir bahwa PBB sebagai organisasi dunia sepuluh tahun kemudian akan mengadakan konvensi perubahan iklim.  Negara-negara perusak hutan diangap biang kerok terjadinya perubahan iklim, salah satunya adalah Indonesia. Bagaimana dengan Banten, atau bagaimana dengan komunitas pegunungan Akarsari, apakah dengan kejadian sepuluh tahun lalu maka dikategorikan termasuk didalamnya. Tentunya hal ini harus dibuktikan, maka sebagai institusi yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup BAPEDAL Provinsi Banten pada bulan agustus lalu telah melakukan pemantauan kerusakan hutan dan lahan di kawasan pegunungan akarsari pada 15 (lima belas) titik pemantauan yang mewakili daerah pegunungan Akarsari.

akang
Pemantauan dilakukan secara swakelola dengan tenaga teknis yang memadai di lingkungan Bapedal Banten dan dibantu institusi lingkungan hidup, kehutanan kabupaten Pandeglang dan Perum Perhutani BPKH Pandeglang.  Berdasarkan hasil pemantauan disimpulkan bahwa : (1) Pengukuran vegetasi menunjukan indek nilai penting berkisar antara 3.66 – 124,60 atau berada diatas skala > 3. Hal ini menunjukan bahwa kondisi vegetasi masih berada pada kondisi baik; (2) Pemantauan satwa liar menunjukan adanya satwa-satwa yang di lindungi dan endemik, diantaranya kehadiran burung elang jawa (Spilomis cheelasebagai indikator ekosistem.  Elang jawa sebagai Carnivora tingkat pertama menunjukan bahwa rantai makanan (food chain) di kawasan pegunungan Akarsari masih baik, hal ini menunjukkan bahwa kawasan pegunungan Akarsari untuk kehidupan fauna ekosistemnya masih mantap, dan; (3) Pemantauan pengukuran kualitas tanah menunjukan bahwa keseluruhan parameter yang diuji di lapangan, baik ketebalan solum tanah, kebatuan permukaan, pH tanah dan daya hantar listrik beradadibawah ambang kritis berdasarkan PP 150 tahun 2000 tentang kriteria baku kerusakan tanah di lahan kering.
Berdasarkan hasil pemantauan tersebut maka ekosistem kawasan pegunungan akarsari dikategorikan masih baik. Hal ini terjadi oleh karena sejak awal tahun 2002 telah tumbuh kesadaran masyarakat melalui kelompok tani hutan (KTH) atau lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) yang melalui fasilitasi perum perhutani dan dinas terkait melaksanakan pola PHBM plus atau pengelolaan hutan bersama masyarakat. Masyarakat tidak lagi menanam padi dan palawija, tetapi mulai menanam pohon-pohon buah diantara pohon-pohon hutan, sehingga hasilnya dapat bermanfaat untuk perekonomian masyarakat dan kelestarian hutan Akarsari.  Hal ini sejalan dengan hasil pemantauan, yang menunjukan bahwa : (1) Berdasarkan analisa AHP untuk tingkat okupasi penduduk, diketahui alasan utama penduduk menggarap lahan di kawasan lindung akarsari adalah alasan ekonomi, dan; (2) Dalam hal pengelolaan kawasan pegunungan Akarsari yang ideal, masyarakat disekitar hutan memilih pilihan berbentuk FORUM, dimana kelompok masyarakat, pemerintah, LSM dan dunia usaha dapat duduk bersama membahas dan memecahkan permasalahan yang ada di Akarsari.
Menindaklanjuti hasil pemantauan tersebut, maka Bapedal Provinsi Banten mengusulkan strategi pemulihan dan pelestarian fungsi lingkungan kawasan pegunungan Akarsari yaitu : (1). menetapkan kawasan pegunungan Akarsari dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten, RTRW Kabupaten Serang dan RTRW Kabupaten Pandeglang sebagai kawasan lindung; (2) memulihkan secara fisik daerah-daerah di kawasan pegunungan Akarsari yang telah mengalami penurunan (degradasi) fungsi lindungnya dan daerah daerah yang cenderung mengalami degradasi; (3) mengoptimalkan koordinasi antar instansi baik di tingkat provinsi dan kabupaten dalam  pengelolaan kawasan pegunungan Akarsari; (4) mengikutsertakan masyarakat   dalam pemulihan dan pelestarian kawasan pegunungan Akarsari; (5)Penegakan hukum mengenai pelanggaran pengalihan fungsi kawasan pegunungan Akarsari selain sebagai kawasan lindung, dan; (6)meningkatkan pemantauan lingkungan untuk mengetahui degradasi fungsi lindung kawasan pegunungan Akarsari.
Apabila strategi-strategi tersebut dapat diimplementasikan di lapangan, maka diharapkan pemulihan dan pelestarian lingkungan di kawasan akarsari dapat dengan cepat tercapai.  Namun demikian hasil pemantauan ini bukannya untuk menterlenakan kita semua, karena ancaman perusakan lingkungan di kawasan akarsari tiap saat dapat menghantui, tanah yang subur mengiurkan bagi sebagian orang untuk merubahnya menjadi kawasan budidaya, sumber daya mineral dibawahnya merangsang orang untuk mengeksplotasi, dan batangan-batangan kayu bagaikan emas hitam mendorong niat buruk untuk menebangnya tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan.
Tetapi saat ini kita sungguh bersyukur, bahwa masyarakat di Provinsi Banten mempunyai peran serta yang besar dalam menjaga lingkungan hidup. Komunitas pegunungan Akarsari khususnya LMDH dan KTH yang terlibat langsung dalam pola PHBM patut mendapatkan penghargaan, bahwa di tempat ini tanpa disadari telah mampu memberikan kontribusi kepada dunia, bahwa kami bukan penyebab perubahan iklim, tapi kami mampu memberikan kontribusi dalam menjaga kestabilan iklim. Di punggung Gunung Akarsari ini sudah di mulai, kapan giliran komunitas anda. Mari kita buktikan, kita orang Banten mampu memberi kontribusi untuk lingkungan hidup dunia (* Nov 2007, Penulis staf Bapedal Provinsi Banten).

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More